Dulu.........pernah terbesit rasa ngeri ketakutan yang dirasakan
hampir semua anak yang ditawari pilihan untuk menempuh pendidikan salaf.
“Takut mbak,mas, hafalannya itu lho iiihhh syeremm..... “
“Mana setiap hari disuruh menghafal terus.......trussssss. tidak
boleh nonton TV duuh ngebayangin aja aku sudah pusing, tidak boleh
keluar dari penjara area yang batasannya udah ditentukan........”
beberapa asumsi senada banyak yang terdengar nyaring apa iyaaa......... ?
Awalnya aku juga merasakan ketakutan itu sekarang setelah aku
menyelam sendiri, berat hanya dipermulaan, Semua kalah
oleh niat, saat keraguan berbaur dengan tekat. Bayangkan saja menapaki anak tangga satu demi satu.
oleh niat, saat keraguan berbaur dengan tekat. Bayangkan saja menapaki anak tangga satu demi satu.
Apabila niat sudah mendarah mendaging dalam qolbu dengan Seiring
berjalannya istiqomah dan tawakkal sebutir pun akan jadi segenggam.
Mayoritas pesantren yang menerapkan konsep salafy biasanya
menggunakan sistim hafalan nadhom. Kalam-kalam ilmu yang dirangkai dalam
bentuk syair. Agar supaya seorang santri mudah memahami ilmu alat
dengan senang dalam menghafal nadzoman dalam bentuk nada dan lagu
Ada nadhom tentang Fiqih, Tajwid,Tauhid, Gramatika arab yang terdiri
dari Nahwu, Shorof, Balaghoh, I’lal, maksud, imrithi, alfiah dan lain
sebagainya. Adapun pengarangnya adalah pujangga-pujangga hebat yang
sulit dicari bandingannya di zaman sekarang. Mereka adalah alim ulama
’yang mencurahkan segenap pikirannya untuk kemaslahatan islam. Untuk
menyebarkan ilmu syari’at tanpa memetik keuntungan sepeserpun dari hasil
penjualan penggandaan karyanya. Yang mungkin jika diterapkan sistim
royalty niscaya anak cucu mereka akan selalu dibanjiri keuntungan. Namun
dapat kita saksikan, kitab-kitab karya mereka terus diterbitkan dari
zaman ke zaman. Dipelajari, dikaji tak ubahnya lampu yang tak pernah
padam karena qt mencari barokah dari para cendekiawan ulama’ muslim yang
mengarang kitab tersebut dan tidak memikirkan kemahalan dari kitab yang
dijual
Semuanya cerita tersebut adalah ceritaku di PP.Burhanul Hidayah
dibawah asuhan syaikhina KH.M.Sunhaji beliau adalah seorang kyai yang
sangat tegas,disiplin dalam setiap hal. Dalam penyampaikan
pelajaran,materi, mauidzoh itu mudah dipahami,dimengerti oleh santrinya
munkin karena kewibaan beliau dalam mengajar dan mendidik seorang
santri.
Kebiasaan dipondok kami adalah menghafal nadzoman setiap selasa pagi,
melalarkan juz 30 setiap hari, tiada kata lelah dan mengeluh dalam diri
seorang santri karena keyakinan dan kemantaban pada asatidz dilembaga
BH sudah menjadi prinsip
Hmmm.. kalau dibayangkan sih sepertinya norak. Tapi yang kurasakan...
apa mungkin dapat kutemukan pondok seperti ini di tempat lain pada
zaman abad ke-21 ini...? (hehehe...)
Ada rasa bangga, ada rasa puas. Saat beberapa nadzom alfiah
kudendangkan tanpa membuka catatan sedikitpun. Begitu juga pasti yang
dirasa semua teman-temanku. Mengingat bagaimana kemarin kami menghafal
satu bait demi satu bait untuk setoran dan menamba hafalan
Aku semakin kagum memandang mereka para Ustadz yang ada disini, dan
tentu saja Syaikhina pengasuh pondokku. Di dalam kepala ustadku
tersimpan berjuta beribu-ribu bait lengkap dengan makna dan
keterangannya baik itu Imrithi, Alfiah, Shorof, I’lal,balaghoh ataupun
maksud . Mereka sudah menapaki istiqomah muthola’ah yang tinggi dan
ikhlas membagi ilmu dalam bilangan tahun yang tidak sedikit.
Dan perlu kukatakan pada semuanya. Khazanah ilmu yang ada disini
tidak bisa temui ditempat lain karena disini mengunggulkan budi pekerti
yang islami dan juga mendidik kader-kader cendekiawan muslim dunia yang
mampu mendobrak kemajuan islam didunia kususnya dinegara kita Negara
indonesia.
2 komentar:
Akhirnya saya bisa memposting apa yang pernah terbesit ketika aku di ma'had dulu
sae sae
Posting Komentar