Kamis, 02 Mei 2013

Komponen Pendidikan Dalam Al-Qur'an

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting karena tanpa melalui pendidikan proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan modern sulit untuk diwujudkan. Demikian halnya dengan sains sebagai bentuk pengetahuan ilmiah dalam pencapaiannya harus melalui proses pendidikan yang ilmiah pula. Yaitu melalui metodologi dan kerangka keilmuan yang teruji. Karena tanpa melalui proses ini pengetahuan yang didapat tidak dapat dikatakan ilmiah.
Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (long life education). Islam memotivasi pemeluknya untuk selalu meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan. Tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan porsi sama dalam pandangan Islam dalam kewajiban untuk menuntut ilmu (pendidikan). Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan ukhrowi saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan duniawi juga. Karena tidak mungkin manusia mencapai kebahagiaan hari kelak tanpa melalui jalan kehidupan dunia ini.
Islam juga menekankan akan pentingnya membaca, menelaah, meneliti segala sesuatu yang terjadi di alam raya ini. Membaca, menelaah, meneliti hanya bisa dilakukan oleh manusia, karena hanya manusia makhluk yang memiliki akal dan hati. Selanjutnya dengan kelebihan akal dan hati, manusia mampu memahami fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya, termasuk pengetahuan. Dan sebagai implikasinya kelestarian dan keseimbangan alam harus dijaga sebagai bentuk pengejawantahan tugas manusia sebagai khalifah fil ardh.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pendidikan menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Qur’an bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan:
Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4
…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”.[1]
-          Qur’an juga telah memperingatkan manusia agar mencari ilmu pengetahuan, sebagaimana dalam al-Qur’an surat at-Taubah ayat 122 disebutkan:
* $tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râÉYãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâxøts ÇÊËËÈ  
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.[2]
Dari sini dapat dipahami bahwa betapa pentingnya pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia. Karena dengan pengetahuan manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang membawa manfaat dan yang membawa madharat.[3]
Dalam sebuah sabda Nabi saw. dijelaskan:
طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة
Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam mewajibkan kepada seluruh pemeluknya untuk mendapatkan pengetahuan. Yaitu, kewajiban bagi mereka untuk menuntut ilmu pengetahuan.
Islam menekankan akan pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia. Karena tanpa pengetahuan niscaya manusia akan berjalan mengarungi kehidupan ini bagaikan orang tersesat, yang implikasinya akan membuat manusia semakin terlunta-lunta kelak di hari akhirat.
B.       Pendidikan dalam Al-Qur’an
Secara eksplisit, memang tidak ditemukan ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang pendidik. Namun secara implisit, al-Qur’an membicarakan tentang pendidik. Hal itu dapat dilihat dari konsep al-Qur’an tentang ilmu dan kedudukan orang-orang yang berilmu. Orang yang berilmu ini tentunya memiliki hubungan erat dengan pendidik, dimana pendidik adalah orang yang memiliki dan mengajarkan ilmu.

Dalam al-Qur’an ditemukan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah memposisikan pendidik pada tempat terhormat. Seperti firman-Nya:
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-Mujadilah/58: 11).
Tugas Pendidik
Menurut Al- Ghazali sebagaimana dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, menyatakan tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah Swt..[4] Al-Ghazali sebagai mana dikutip oleh Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam dalam menentukan karakteristik guru yang baik adalah sebagai berikut:[5]  
1.      Dalam praktek mengajar dan penyuluhan sebagai keahlian dan profesi hendaknya guru bersifat kasih sayan.             
2.       Sebagai orang yang ‘alim (berilmu), maka guru tidak boleh menerima upah.
3.        Guru berfungsi sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar dihadapan para muridnya.  

C.      Peserta Didik
Dalam bahasa Arab, setidaknya ada tiga istilah yang menunjukkan makna peserta didik, yaitu murid, al-tilmīdz, dan al-thālib. Murid berasal dari kata ‘arada, yuridu, iradatan, muridan yang berarti orang yang menginginkan (the willer). Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang peserta didik adalah orang yang menghendaki agar mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh. Sedangkan al-tilmīdz tidak memiliki akar kata dan berarti pelajar. Kata ini digunakan untuk menunjuk kepada peserta didik yang belajar di madrasah. Sementara al-thālib berasal dari thalaba, yathlubu, thalaban, thālibun, yang berarti orang yang mencari sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik adalah orang yang mencari ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dan pembentukan kepribadiannya untuk bekal masa depannya agar bahagia dunia dan akhirat.

Kemudian, dalam penggunaan ketiga istilah tersebut biasanya dibedakan berdasarkan tingkatan peserta didik. Murid untuk sekolah dasar, al-tilmīdz untuk sekolah menengah, dan al-thālib untuk perguruan tinggi. Namun, menurut Abuddin Nata, istilah yang lebih umum untuk menyebut peserta didik adalah al-muta’allim. Istilah yang terakhir ini mencakup makna semua orang yang menuntut ilmu pada semua tingkatan, mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi.

Terlepas dari perbedaan istilah di atas, yang jelasnya peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam sebagai objek sekaligus subjek dalam proses pendidikan. Ia adalah orang yang belajar untuk menemukan ilmu. Karena dalam Islam diyakini ilmu hanya berasal dari Allah, maka seorang peserta didik mesti berupaya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah dengan senantiasa mensucikan dirinya dan taat kepada perintah-Nya. Namun untuk memperoleh ilmu yang berasal dari Allah tersebut, seorang peserta didik mesti belajar pada orang yang telah diberi ilmu, yaitu guru atau pendidik. Karena peserta didik memiliki hubungan dengan ilmu dalam rangka upaya untuk memiliki ilmu, maka seorang peserta didik mesti berakhlak kepada gurunya. Akhlak tersebut tentunya tetap mengacu kepada nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an dan hadis.

D.      Media Pembelajaran
Salah satu upaya seorang guru untuk meningkat mutu pendidikan adalah penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan pesan-pesannya. Hal ini diperuntukkan bagi siswa yang belum dapat menerima pesan yang disampaikan guru, maka penggunaan media sangat dianjurkan. Dengan demikian penggunaan media untuk menyampaikan pesan pembelajaran akan lebih di hayati tanpa menimbulkan kesalah pahaman bagi keduanya yaitu murid dan guru.

Proses belajar mengajar, guru sebagai sumber menuangkan  pesan ke dalam simbol-simbol tertentu dan siswa sebagai penerima pesan menafsirkan simbol-simbol tersebut, sehingga dipahami sebagai pesan. Agar pesan yang disampaikan oleh sumber atau pesan tadi bisa juga sampai pada penerima pesan, maka dibutuhkan adanya wadah yang disebut dengan “Media” media ini disebut saluran (chanel). Biasanya dalam proses komunikasi walaupun pesan (message) atau informasi sudah diberikan oleh sumber dan ditujukan kepada penerima melalui media akan tetapi tidak ada umpan balik maka proses komunikasi tidak sempurna. (Arif S. 1993 : 11). [6]

Media pembelajaran merupakan berbagai macam jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar walaupun bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perangsang kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar.

Penggunaan media pembelajaran ini bukanlah sekedar upaya untuk membantu guru, namun juga membantu siswa dalam belajar. Karena dengan menggunakan media pikiran siswa akan lebih terfokus pada apa yang disampaikan oleh pendidik atau guru dan dapat meningkatkan pemahaman siswa serta dapat menerima pesan dengan baik dan benar.  
Hamalik dalam Arsyad (2003:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajar dalam proses belajar mengajar membangkitkan kemajuan dan minat yang baru, bangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.

Dari pernyataan diatas semakin jelas bahwa penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi materi pelajaran pada saat itu.

E.       Menganalisis Nilai-nilai Al-Qur’an
Qur’an pada surat Al-Maidah ayat 06
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä #sŒÎ) óOçFôJè% n<Î) Ío4qn=¢Á9$# (#qè=Å¡øî$$sù öNä3ydqã_ãr öNä3tƒÏ÷ƒr&ur n<Î) È,Ïù#tyJø9$# (#qßs|¡øB$#ur öNä3ÅrâäãÎ/ öNà6n=ã_ör&ur n<Î) Èû÷üt6÷ès3ø9$# 4 bÎ)ur öNçGZä. $Y6ãZã_ (#r㍣g©Û$$sù 4 bÎ)ur NçGYä. #ÓyÌó£D ÷rr& 4n?tã @xÿy ÷rr& uä!%y` Ótnr& Nä3YÏiB z`ÏiB ÅÝͬ!$tóø9$# ÷rr& ãMçGó¡yJ»s9 uä!$|¡ÏiY9$# öNn=sù (#rßÅgrB [ä!$tB (#qßJ£JutFsù #YÏè|¹ $Y6ÍhŠsÛ (#qßs|¡øB$$sù öNà6Ïdqã_âqÎ/ Nä3ƒÏ÷ƒr&ur çm÷YÏiB 4 $tB ߃̍ムª!$# Ÿ@yèôfuŠÏ9 Nà6øn=tæ ô`ÏiB 8ltym `Å3»s9ur ߃̍ムöNä.tÎdgsÜãŠÏ9 §NÏGãŠÏ9ur ¼çmtGyJ÷èÏR öNä3øn=tæ öNà6¯=yès9 šcrãä3ô±n@ ÇÏÈ  
Artinya : Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
A.    Ayat
(Orang yang mengikuti keridhaanNya), ialah orang yang dalam beragama tetap ingin mencari keridhaan Allah, tidak sekedar memantapkan apa yang diketahuinya, dan yang telah membentuk kepribadiannya dan diterima dari generasi sebelumnya, dengan tidak melakukan pemikiran dan mencari bukti-bukti (istidlal). (ke jalan keselamatan) Maksudnya adalah jalan yang selamat dari segala rasa takut.[7]

(Dengan izin_Nya), yakni dengan kehendak Allah dan taufikNya. Dengan menempuh sunnah-sunnah Allah, bahwa amal-amal saleh dan kepercayaan-kepercayaan yang benar adalah mempengaruhi dan memperbaiki jiwa. (kepada jalan yang lurus), yakni kepada agama yang benar. Karena agama yang benar itu hanyalah satu dan diakui kebenarannya ditinjau dari sudut manapun. Adapun agama yang batil, memang banyak jalannya, yang semuanya bengkok berliku-liku, tak ada yang lurus.[8]
B.     Analisa Materi
Pada ayat diatas, Allah Swt menyebutkan tiga macam kegunaan dari Al Qur’an. Hal ini jika kita kaitkan dengan media dalam pendidikan maka kita akan mengetahui bahwa minimal ada tiga syarat yang harus dimiliki suatu media sehingga alat ataupun benda yang dimaksud dapat benar-benar digunakan sebagi media dalam pembelajaran. Tiga aspek itu adalah :
1.        Bahwa media harus mampu memberikan petunjuk (pemahaman) kepada siapapun siswa yang memperhatikan penjelasan guru dan memahami medianya. Ringkasnya, media harus mampu mewakili setiap pikiran sang guru sehingga dapat lebih mudah memahami materi.
2.        Dalam Tafsir Al Maraghi disebutkan bahwa Al Qur’an sebagai media yang digunakan oleh Allah akan mengeluarkan penganutnya dari kegelapan Aqidah berhala. Keterangan ini memiliki makna bahwa setiap media yang digunakan oleh seorang guru seharusnya dapat memudahkan siswa dalam memahami sesuatu.
3.        Sebuah media harus mampu mengantarkan para siswanya menuju tujuan belajar mengajar serta tujuan pendidikan dalam arti lebih luas. Media yang digunakan minimal harus mencerminkan (menggambarkan) materi yang sedang diajarkan. Semisal dalam mengajarkan nama-nama benda bagi anak-anak, maka media yang digunakan harus mampu mewakili benda-benda yang dimaksud. Tidak mungkin dan tidak diperbolehkan mengajarkan kata “Meja” tetapi media yang digunakan adalah motor.


BAB III
 PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari keseluruhan wacana di atas, dapat ditarik sebuah konklusi bahwa pendidikan merupakan usaha sungguh-sungguh dalam pembentukan manusia yang berkualitas yang sesuai dengan tuntutan tujuan yang telah ditetapkan. Apabila dikaitkan dengan pendidikan dalam Al-Quran, maka pendidikan merupakan usaha umat Islam dalam mencetak intelek yang ulama’ dan ulama’ yang intelek yang secara kualitas mempunyai kedalaman IMTAQ dan IPTEK. Memang sangat logis apabila pendidikan menempati posisi strategis dalam peradaban  manusia. Intensitas keberhasilan peradaban manusia tergantung kualitas pendidikan. apabila suatu bangsa mempunyai kualitas pendidikan yang terjamin dapat dipastikan pula bangsa tersebut akan menjadi bangsa yang kuat. Termasuk dalam Islam, apabila umat Islam mempunyai kualitas pendidikan yang terjamin maka umat Islam tidak akan selalu  terpuruk seperti selama ini yang terjadi.

Pendidikan Islam akan berkualitas apabila komponen yang menyangganya juga kuat, baik aspek pendidik, anak didik, media pembelajaran, lingkungan dan lembaga pendidikan. Di samping itu juga, Al-Qur’an dan Sunnah sebagai penuntun arah harus senantiasa dipegang, karena Al-Qur’an dan Sunnah adalah ruh dalam pelakasanaan pendidikan Islam. Semua komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Ibarat sebuah rumah yang apabila kehilangan satu penyangganya tentu tidak akan kokoh dan suatu saat pasti akan ambruk. Apabila ingin maju sebuah pendidikan harus dipastikan semua komponen-komponen pendidikannya harus dikaitkan dengan Al-Qur’an, karena untuk meraih sebuah pendidikan yang berhasil harus menurut aturan-aturan pendidikan agama islam.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama R.I., 1984.. Jakarta  : DEPAG RI         Al Qur’an: Tafsir dan Terjemahnya.           
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam ,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000)
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta: Kencana, 2006)

Ahmad Musthafa Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al Maraghi Jilid 6, Cetakan Ke-2, PT. Karya Toha Putra Semarang : Semarang, 1993, hal. 149.

http://makalah27.wordpress.com/tafsir dan analisa ayat-ayat tentang media pendidikan



[1] Al-Qur’an Surat Al-Mujadilah ayat 11
[2] Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 122
[4] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta: Kencana, 2006) , hlm. 90.
[5] Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam ,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), cet. I, hlm. 96-98.
[7] Ahmad Musthafa Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al Maraghi Jilid 6, Cetakan Ke-2, PT. Karya Toha Putra Semarang : Semarang, 1993, hal. 149.
[8] Ibid, 150

0 komentar:

Posting Komentar

syaifudin.zuhry. Diberdayakan oleh Blogger.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan