BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting
karena tanpa melalui pendidikan proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan
modern sulit untuk diwujudkan. Demikian halnya dengan sains sebagai bentuk
pengetahuan ilmiah dalam pencapaiannya harus melalui proses pendidikan yang
ilmiah pula. Yaitu melalui metodologi dan kerangka keilmuan yang teruji. Karena
tanpa melalui proses ini pengetahuan yang didapat tidak dapat dikatakan ilmiah.
Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan
dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (long
life education). Islam memotivasi pemeluknya untuk selalu meningkatkan
kualitas keilmuan dan pengetahuan. Tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau
kaya mendapatkan porsi sama dalam pandangan Islam dalam kewajiban untuk
menuntut ilmu (pendidikan). Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan ukhrowi
saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan
urusan duniawi juga. Karena tidak mungkin manusia mencapai kebahagiaan
hari kelak tanpa melalui jalan kehidupan dunia ini.
Islam juga menekankan akan pentingnya membaca,
menelaah, meneliti segala sesuatu yang terjadi di alam raya ini. Membaca,
menelaah, meneliti hanya bisa dilakukan oleh manusia, karena hanya manusia
makhluk yang memiliki akal dan hati. Selanjutnya dengan kelebihan akal dan
hati, manusia mampu memahami fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya, termasuk
pengetahuan. Dan sebagai implikasinya kelestarian dan keseimbangan alam harus
dijaga sebagai bentuk pengejawantahan tugas manusia sebagai khalifah fil
ardh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan
menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an telah
berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya
kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Qur’an bahkan
memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi.
al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan:
Æìsùöt
ª!$#
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
öNä3ZÏB
tûïÏ%©!$#ur
(#qè?ré&
zOù=Ïèø9$#
;M»y_uy
4
“…Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat…”.[1]
-
Qur’an juga
telah memperingatkan manusia agar mencari ilmu pengetahuan, sebagaimana dalam
al-Qur’an surat at-Taubah ayat 122 disebutkan:
*
$tBur
c%x.
tbqãZÏB÷sßJø9$#
(#rãÏÿYuÏ9
Zp©ù!$2
4
wöqn=sù
txÿtR
`ÏB
Èe@ä.
7ps%öÏù
öNåk÷]ÏiB
×pxÿͬ!$sÛ
(#qßg¤)xÿtGuÏj9
Îû
Ç`Ïe$!$#
(#râÉYãÏ9ur
óOßgtBöqs%
#sÎ)
(#þqãèy_u
öNÍkös9Î)
óOßg¯=yès9
crâxøts
ÇÊËËÈ
“Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.[2]
Dari sini dapat dipahami bahwa betapa
pentingnya pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia. Karena dengan
pengetahuan manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar
dan yang salah, yang membawa manfaat dan yang membawa madharat.[3]
Dalam sebuah sabda Nabi saw. dijelaskan:
طلب
العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة
“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim”. (HR. Ibnu
Majah)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam
mewajibkan kepada seluruh pemeluknya untuk mendapatkan pengetahuan. Yaitu,
kewajiban bagi mereka untuk menuntut ilmu pengetahuan.
Islam menekankan akan pentingnya pengetahuan
dalam kehidupan manusia. Karena tanpa pengetahuan niscaya manusia akan berjalan
mengarungi kehidupan ini bagaikan orang tersesat, yang implikasinya akan
membuat manusia semakin terlunta-lunta kelak di hari akhirat.
B.
Pendidikan dalam Al-Qur’an
Secara eksplisit, memang tidak ditemukan ayat-ayat
al-Qur’an yang berbicara tentang pendidik. Namun secara implisit, al-Qur’an
membicarakan tentang pendidik. Hal itu dapat dilihat dari konsep al-Qur’an
tentang ilmu dan kedudukan orang-orang yang berilmu. Orang yang berilmu ini
tentunya memiliki hubungan erat dengan pendidik, dimana pendidik adalah orang
yang memiliki dan mengajarkan ilmu.
Dalam al-Qur’an ditemukan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa
Allah memposisikan pendidik pada tempat terhormat. Seperti firman-Nya:
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-Mujadilah/58: 11).
Tugas Pendidik
Menurut Al- Ghazali sebagaimana
dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, menyatakan tugas pendidik yang
utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati
manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah Swt..[4] Al-Ghazali sebagai mana
dikutip oleh Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul Pemikiran Para Tokoh
Pendidikan Islam dalam menentukan karakteristik guru yang baik adalah sebagai
berikut:[5]
1.
Dalam praktek mengajar dan penyuluhan sebagai keahlian
dan profesi hendaknya guru bersifat kasih sayan.
2.
Sebagai orang
yang ‘alim (berilmu), maka guru tidak boleh menerima upah.
3.
Guru berfungsi
sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar dihadapan para muridnya.
C.
Peserta Didik
Dalam
bahasa Arab, setidaknya ada tiga istilah yang menunjukkan makna peserta didik,
yaitu murid, al-tilmīdz, dan al-thālib. Murid berasal dari kata ‘arada, yuridu,
iradatan, muridan yang berarti orang yang menginginkan (the willer). Pengertian
ini menunjukkan bahwa seorang peserta didik adalah orang yang menghendaki agar
mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kepribadian yang
baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan akhirat dengan jalan
belajar yang sungguh-sungguh. Sedangkan al-tilmīdz tidak memiliki akar kata dan
berarti pelajar. Kata ini digunakan untuk menunjuk kepada peserta didik yang
belajar di madrasah. Sementara al-thālib berasal dari thalaba, yathlubu,
thalaban, thālibun, yang berarti orang yang mencari sesuatu. Hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik adalah orang yang mencari ilmu pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan dan pembentukan kepribadiannya untuk bekal masa
depannya agar bahagia dunia dan akhirat.
Kemudian,
dalam penggunaan ketiga istilah tersebut biasanya dibedakan berdasarkan
tingkatan peserta didik. Murid untuk sekolah dasar, al-tilmīdz untuk sekolah
menengah, dan al-thālib untuk perguruan tinggi. Namun, menurut Abuddin Nata,
istilah yang lebih umum untuk menyebut peserta didik adalah al-muta’allim.
Istilah yang terakhir ini mencakup makna semua orang yang menuntut ilmu pada
semua tingkatan, mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Terlepas
dari perbedaan istilah di atas, yang jelasnya peserta didik dalam perspektif
pendidikan Islam sebagai objek sekaligus subjek dalam proses pendidikan. Ia
adalah orang yang belajar untuk menemukan ilmu. Karena dalam Islam diyakini
ilmu hanya berasal dari Allah, maka seorang peserta didik mesti berupaya untuk
mendekatkan dirinya kepada Allah dengan senantiasa mensucikan dirinya dan taat
kepada perintah-Nya. Namun untuk memperoleh ilmu yang berasal dari Allah
tersebut, seorang peserta didik mesti belajar pada orang yang telah diberi
ilmu, yaitu guru atau pendidik. Karena peserta didik memiliki hubungan dengan
ilmu dalam rangka upaya untuk memiliki ilmu, maka seorang peserta didik mesti
berakhlak kepada gurunya. Akhlak tersebut tentunya tetap mengacu kepada
nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an dan hadis.
D.
Media Pembelajaran
Salah
satu upaya seorang guru untuk meningkat mutu pendidikan adalah penggunaan media
pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan pesan-pesannya. Hal ini
diperuntukkan bagi siswa yang belum dapat menerima pesan yang disampaikan guru,
maka penggunaan media sangat dianjurkan. Dengan demikian penggunaan media untuk
menyampaikan pesan pembelajaran akan lebih di hayati tanpa menimbulkan kesalah
pahaman bagi keduanya yaitu murid dan guru.
Proses
belajar mengajar, guru sebagai sumber menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu dan
siswa sebagai penerima pesan menafsirkan simbol-simbol tersebut, sehingga
dipahami sebagai pesan. Agar pesan yang disampaikan oleh sumber atau pesan tadi
bisa juga sampai pada penerima pesan, maka dibutuhkan adanya wadah yang disebut
dengan “Media” media ini disebut saluran (chanel). Biasanya dalam proses
komunikasi walaupun pesan (message) atau informasi sudah diberikan oleh
sumber dan ditujukan kepada penerima melalui media akan tetapi tidak ada umpan
balik maka proses komunikasi tidak sempurna. (Arif S. 1993 : 11). [6]
Media
pembelajaran merupakan berbagai macam jenis komponen dalam lingkungan siswa
yang dapat merangsang siswa untuk belajar walaupun bersifat menyalurkan pesan
dan dapat merangsang pikiran, perangsang kemauan siswa sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar mengajar.
Penggunaan
media pembelajaran ini bukanlah sekedar upaya untuk membantu guru, namun juga
membantu siswa dalam belajar. Karena dengan menggunakan media pikiran siswa
akan lebih terfokus pada apa yang disampaikan oleh pendidik atau guru dan dapat
meningkatkan pemahaman siswa serta dapat menerima pesan dengan baik dan
benar.
Hamalik
dalam Arsyad (2003:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajar dalam proses
belajar mengajar membangkitkan kemajuan dan minat yang baru, bangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis
terhadap siswa.
Dari
pernyataan diatas semakin jelas bahwa penggunaan media pembelajaran pada tahap
orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan serta isi materi pelajaran pada saat itu.
E. Menganalisis
Nilai-nilai Al-Qur’an
Qur’an
pada surat Al-Maidah ayat 06
$pkr'¯»t
úïÏ%©!$#
(#þqãYtB#uä
#sÎ)
óOçFôJè%
n<Î)
Ío4qn=¢Á9$#
(#qè=Å¡øî$$sù
öNä3ydqã_ãr
öNä3tÏ÷r&ur
n<Î)
È,Ïù#tyJø9$#
(#qßs|¡øB$#ur
öNä3ÅrâäãÎ/
öNà6n=ã_ör&ur
n<Î)
Èû÷üt6÷ès3ø9$#
4 bÎ)ur
öNçGZä.
$Y6ãZã_
(#rã£g©Û$$sù
4 bÎ)ur
NçGYä.
#ÓyÌó£D
÷rr&
4n?tã
@xÿy
÷rr&
uä!%y`
Ótnr&
Nä3YÏiB
z`ÏiB
ÅÝͬ!$tóø9$#
÷rr&
ãMçGó¡yJ»s9
uä!$|¡ÏiY9$#
öNn=sù
(#rßÅgrB
[ä!$tB
(#qßJ£JutFsù
#YÏè|¹
$Y6ÍhsÛ
(#qßs|¡øB$$sù
öNà6Ïdqã_âqÎ/
Nä3Ï÷r&ur
çm÷YÏiB
4 $tB
ßÌã
ª!$#
@yèôfuÏ9
Nà6øn=tæ
ô`ÏiB
8ltym
`Å3»s9ur
ßÌã
öNä.tÎdgsÜãÏ9
§NÏGãÏ9ur
¼çmtGyJ÷èÏR
öNä3øn=tæ
öNà6¯=yès9
crãä3ô±n@
ÇÏÈ
Artinya : Dengan kitab Itulah Allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke
jalan yang lurus.
A.
Ayat
(Orang yang mengikuti
keridhaanNya), ialah orang yang dalam beragama tetap ingin mencari keridhaan
Allah, tidak sekedar memantapkan apa yang diketahuinya, dan yang telah
membentuk kepribadiannya dan diterima dari generasi sebelumnya, dengan tidak
melakukan pemikiran dan mencari bukti-bukti (istidlal). (ke
jalan keselamatan) Maksudnya adalah jalan yang selamat dari segala rasa takut.[7]
(Dengan izin_Nya), yakni dengan kehendak Allah
dan taufikNya. Dengan menempuh sunnah-sunnah Allah, bahwa amal-amal saleh dan
kepercayaan-kepercayaan yang benar adalah mempengaruhi dan memperbaiki jiwa.
(kepada jalan yang lurus), yakni kepada agama yang benar. Karena agama yang
benar itu hanyalah satu dan diakui kebenarannya ditinjau dari sudut manapun.
Adapun agama yang batil, memang banyak jalannya, yang semuanya bengkok
berliku-liku, tak ada yang lurus.[8]
B. Analisa Materi
Pada ayat diatas, Allah Swt menyebutkan
tiga macam kegunaan dari Al Qur’an. Hal ini jika kita kaitkan dengan media
dalam pendidikan maka kita akan mengetahui bahwa minimal ada tiga syarat yang
harus dimiliki suatu media sehingga alat ataupun benda yang dimaksud dapat
benar-benar digunakan sebagi media dalam pembelajaran. Tiga aspek itu adalah :
1.
Bahwa media harus mampu memberikan petunjuk (pemahaman)
kepada siapapun siswa yang memperhatikan penjelasan guru dan memahami medianya.
Ringkasnya, media harus mampu mewakili setiap pikiran sang guru sehingga dapat
lebih mudah memahami materi.
2.
Dalam Tafsir Al Maraghi disebutkan bahwa Al Qur’an sebagai
media yang digunakan oleh Allah akan mengeluarkan penganutnya dari kegelapan
Aqidah berhala. Keterangan ini memiliki makna bahwa setiap media yang digunakan
oleh seorang guru seharusnya dapat memudahkan siswa dalam memahami sesuatu.
3.
Sebuah media harus mampu mengantarkan para siswanya menuju
tujuan belajar mengajar serta tujuan pendidikan dalam arti lebih luas. Media
yang digunakan minimal harus mencerminkan (menggambarkan) materi yang sedang
diajarkan. Semisal dalam mengajarkan nama-nama benda bagi anak-anak, maka media
yang digunakan harus mampu mewakili benda-benda yang dimaksud. Tidak mungkin
dan tidak diperbolehkan mengajarkan kata “Meja” tetapi media yang
digunakan adalah motor.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari keseluruhan
wacana di atas, dapat ditarik sebuah konklusi bahwa pendidikan merupakan usaha
sungguh-sungguh dalam pembentukan manusia yang berkualitas yang sesuai dengan
tuntutan tujuan yang telah ditetapkan. Apabila dikaitkan dengan pendidikan dalam Al-Quran, maka
pendidikan merupakan usaha umat Islam dalam mencetak intelek yang ulama’ dan
ulama’ yang intelek yang secara kualitas mempunyai kedalaman IMTAQ dan IPTEK.
Memang sangat logis apabila pendidikan menempati posisi strategis dalam
peradaban manusia. Intensitas keberhasilan peradaban manusia tergantung
kualitas pendidikan. apabila suatu bangsa mempunyai kualitas pendidikan yang
terjamin dapat dipastikan pula bangsa tersebut akan menjadi bangsa yang kuat.
Termasuk dalam Islam, apabila umat Islam mempunyai kualitas pendidikan yang
terjamin maka umat Islam tidak akan selalu terpuruk seperti selama ini
yang terjadi.
Pendidikan Islam akan berkualitas
apabila komponen yang menyangganya juga kuat, baik aspek pendidik, anak didik, media
pembelajaran, lingkungan dan lembaga pendidikan. Di samping itu juga, Al-Qur’an
dan Sunnah sebagai penuntun arah harus senantiasa dipegang, karena Al-Qur’an
dan Sunnah adalah ruh dalam pelakasanaan pendidikan Islam. Semua komponen
tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Ibarat sebuah
rumah yang apabila kehilangan satu penyangganya tentu tidak akan kokoh dan
suatu saat pasti akan ambruk. Apabila ingin maju sebuah pendidikan harus
dipastikan semua komponen-komponen pendidikannya harus dikaitkan dengan Al-Qur’an,
karena untuk meraih sebuah pendidikan yang berhasil harus menurut aturan-aturan
pendidikan agama islam.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama R.I., 1984..
Jakarta : DEPAG RI Al Qur’an: Tafsir dan Terjemahnya.
Abuddin Nata, Pemikiran
Para Tokoh Pendidikan Islam ,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000)
Abdul
Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta: Kencana, 2006)
Ahmad
Musthafa Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al Maraghi Jilid 6, Cetakan
Ke-2, PT.
Karya Toha Putra Semarang : Semarang, 1993, hal. 149.
http://makalah27.wordpress.com/tafsir dan analisa ayat-ayat tentang
media pendidikan
[1]
Al-Qur’an Surat Al-Mujadilah ayat 11
[2]
Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 122
[3] Diakses dari http://makalah27.wordpress.com/2011/09/26/tafsir-dan-analisa-ayat-ayat-tentang-media-pendidikan/
[4] Abdul
Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta: Kencana,
2006) , hlm. 90.
[5] Abuddin
Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam ,( Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000), cet. I, hlm. 96-98.
[6] Di kutip
dari http://anamumayyizah.blogspot.com//pengauh-penggunaan-media-dalam-proses.html
pada tanggal 18 Nop 2012
[7] Ahmad
Musthafa Al Maraghi, Terjemah
Tafsir Al Maraghi Jilid 6, Cetakan Ke-2, PT. Karya Toha Putra Semarang : Semarang,
1993, hal. 149.
[8] Ibid,
150
0 komentar:
Posting Komentar