BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Bahasa
selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan dan perubahan itu
terjadi karena adanya perubahan sosial, ekonomi, dan budaya. Perkembangan
bahasa yang cukup pesat terjadi pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kontak pada bidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan lainnya dapat
menyebabkan suatu bahasa terpengaruh oleh bahasa yang lain. Proses saling
mempengaruhi antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain tidak dapat
dihindarkan. Bahasa sebagai bagian integral kebudayaan tidak dapat lepas dari
masalah di atas.
Saling mempengaruhi antarbahasa pasti terjadi, misalnya
kosakata bahasa yang bersangkutan, mengingat kosakata itu memiliki sifat
terbuka.
Menurut
Weinrich (dalam Chaer dan Agustina 1995:159) kontak bahasa merupakan peristiwa
pemakaian dua bahasa oleh penutur yang sama secara bergantian. Dari kontak
bahasa itu terjadi transfer atau pemindahan unsur bahasa yang satu ke dalam
bahasa yang lain yang mencakup semua tataran. Sebagai konsekuensinya, proses
pinjam meminjam dan saling mempengaruhi terhadap unsur bahasa yang lain tidak
dapat dihindari.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Definisi Interferensi
2. Macam- macam Interferensi
3. Faktor
Penyebab Terjadinya Interfrensi
C.
Tujuan
Masalah
1. Mengetahui
Pengertian Interfrensi
2. Mengetahui
Jenis-jenis Interfrensi
3. Mengetahui
Faktor Penyebab Terjadinya Interfrensi
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Interferensi
Bahasa
Kesalahan bahasa merupakan hal yang
biasa terjadi dalam proses pembelajaran bahasa, karena melakukan kesalahan
sendiri merupakan salah satu bagian dari proses belajar bahasa itu sendiri.
Terlebih jika yang dipelajari adalah bahasa kedua (B2) atau bahasa asing. Dalam
sebuah kamus kebahasaan, analisis kesalahan diartikan sebagai berikut “the
study and analysis of the errors made by second language learners”.[1]
yaitu, suatu kajian dan analisis pada kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh
bahasa kedua pembelajar. Jadi kesalahan-kesalahan tersebut terjadi akibat
pembelajar kurang menguasai bahasa keduanya (B2).
Alwasilah
(1985:131) mengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman
dan Stonk bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanya
kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain
mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata. Sementara itu,
Jendra (1991:109) mengemukakan bahwa interferensi meliputi berbagai aspek
kebahasaan, bisa menyerap dalam bidang tata bunyi (fonologi), tata bentukan
kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), kosakata (leksikon), dan tata makna
(semantik) (Suwito,1985:55).[2]
Kesalahan-kesalahan berbahasa menurut corder (1971), dapat dibedakan
menjadi berikut:
1.
Salah (mistake/الأغلاط): penyimpangan
struktur lahir yang terjadi karena penutur tidak mampu menenentukan pilihan
penggunaan ungkapan yang tepat sesuai dengan situasi yang ada.
2.
Selip (lapses/زلة اللسان):
penyimpangan bentuk lahir karena beralihnya pusat perhatian topik pembicaraan
secara sesaat, kelelahan tubuh juga bisa menimbulkan selip bahasa.
3.
Silap (error/الأخطاء): penyimpangan
bentuk lahir dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai
sepenuhnya kaidah bahasa.[3]
B.
Jenis
Interferensi Bahasa
Dalam analisi kontrastif klasifikasi kesalahan akan didasarkan pada tataran
analisis bahasa. Jadi, akan dipasangkan kesalahan akibat interferensi atau
transfer pada tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, dan
tataran semantik.
Chaer dan
Agustina mengidentifikasi interferensi
bahasa menjadi empat macam.[4]
1.
Interferensi Fonologis
Interferensi
fonologis terjadi apabila penutur mengungkapkan kata-kata dari suatu bahasa
dengan menyisipkan bunyi-bunyi bahasa dari bahasa lain. Interferensi fonologis
dibedakan menjadi dua macam, yaitu interferensi fonologis pengurangan huruf dan
interferensi fonologis pergantian huruf.
Contoh: slalu : selalu, adek : adik
ama : sama, rame : ramai
smua : semua, cayang : sayang
2.
Interferensi Morfologis
Interferensi
morfologis terjadi apabila dalam pembentukan katanya suatu bahasa menyerap
afiks-afiks bahasa lain. Penyimpangan struktur itu terjadi kontak bahasa antara
bahasa yang sedang diucapkan (bahasa Indonesia) dengan bahasa lain yang juga
dikuasainya (bahasa daerah atau bahasa asing).
Contoh: kepukul ?
terpukul
dipindah
? dipindahkan
neonisasi
? peneonan
menanyai
? bertanya
3.
Interferensi Sintaksis
Interferensi
sintaksis terjadi apabila struktur bahasa lain (bahasa daerah, bahasa asing,
dan bahasa gaul) digunakan dalam pembentukan kalimat bahasa yang digunakan.
Penyerapan unsur kalimatnya dapat berupa kata, frase, dan klausa. Interferensi
sintaksis seperti ini tampak jelas pada peristiwa campur kode.
Contoh: mereka akan married
bulan depan.
karena saya sudah kadhung
apik sama dia, ya saya tanda tangan saja.
4.
Interferensi Semantis
Interferensi yang terjadi dalam bidang tata makna. Menurut
bahasa resipiennya, interferensi semantik dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu interferensi ekspansif dan interferensi aditif.
a. Interferensi ekspansif, yaitu interferensi yang terjadi jika
bahasa yang tersisipi menyerap konsep kultural beserta namanya dari bahasa
lain.
Contoh:
teman-temanku tambah gokil saja.
b. Interferensi aditif, yaitu interferensi yang muncul dengan
penyesuaian dan interferensi yang muncul berdampingan dengan bentuk lama dengan
makna yang agak khusus.
Contoh: mbak Ari cantik sekali
C. Faktor Penyebab Terjadinya
Interfrensi
Selain
kontak bahasa, menurut Weinrich ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
interferensi, antara lain:
1.
Kedwibahasaan peserta tutur
Kedwibahasaan peserta tutur merupakan pangkal terjadinya interferensi dan
berbagai pengaruh lain dari bahasa sumber, baik dari bahasa daerah maupun
bahasa asing. Hal itu disebabkan terjadinya kontak bahasa dalam diri penutur
yang dwibahasawan, yang pada akhirnya dapat menimbulkan interferensi.[5]
2. Tipisnya
kesetiaan pemakai bahasa penerima
Tipisnya
kesetiaan dwibahasawan terhadap bahasa penerima cenderung akan menimbulkan
sikap kurang positif. Hal itu menyebabkan pengabaian kaidah bahasa penerima
yang digunakan dan pengambilan unsur-unsur bahasa sumber yang dikuasai
penutur secara tidak terkontrol. Sebagai akibatnya akan muncul bentuk
interferensi dalam bahasa penerima yang sedang digunakan oleh penutur, baik
secara lisan maupun tertulis.
3.
Tidak cukupnya kosakata bahasa penerima
Perbendaharaan
kata suatu bahasa pada umumnya hanya terbatas pada pengungkapan berbagai segi
kehidupan yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan, serta segi
kehidupan lain yang dikenalnya. Oleh karena itu, jika masyarakat itu bergaul
dengan segi kehidupan baru dari luar, akan bertemu dan mengenal konsep baru
yang dipandang perlu. Karena mereka belum mempunyai kosakata untuk
mengungkapkan konsep baru tersebut, lalu mereka menggunakan kosakata bahasa
sumber untuk mengungkapkannya, secara sengaja pemakai bahasa akan menyerap atau
meminjam kosakata bahasa sumber untuk mengungkapkan konsep baru tersebut.
Faktor ketidak cukupan atau terbatasnya kosakata bahasa penerima untuk
mengungkapkan suatu konsep baru dalam bahasa sumber, cenderung akan menimbulkan
terjadinya interferensi.
Interferensi
yang timbul karena kebutuhan kosakata baru, cenderung dilakukan secara sengaja
oleh pemakai bahasa. Kosakata baru yang diperoleh dari interferensi ini
cenderung akan lebih cepat terintegrasi karena unsur tersebut memang sangat
diperlukan untuk memperkaya perbendaharaan kata bahasa penerima.
4. Menghilangnya
kata-kata yang jarang digunakan
Kosakata
dalam suatu bahasa yang jarang dipergunakan cenderung akan menghilang. Jika hal
ini terjadi, berarti kosakata bahasa yang bersangkutan akan menjadi kian
menipis. Apabila bahasa tersebut dihadapkan pada konsep baru dari luar, di satu
pihak akan memanfaatkan kembali kosakata yang sudah menghilang dan di lain
pihak akan menyebabkan terjadinya interferensi, yaitu penyerapan atau peminjaman
kosakata baru dari bahasa sumber.
Interferensi
yang disebabkan oleh menghilangnya kosakata yang jarang dipergunakan tersebut
akan berakibat seperti interferensi yang disebabkan tidak cukupnya kosakata
bahasa penerima, yaitu unsur serapan atau unsur pinjaman itu akan lebih cepat
diintegrasikan karena unsur tersebut dibutuhkan dalam bahasa penerima.
5. Kebutuhan
akan sinonim
Sinonim
dalam pemakaian bahasa mempunyai fungsi yang cukup penting, yakni sebagai
variasi dalam pemilihan kata untuk menghindari pemakaian kata yang sama secara
berulang-ulang yang bisa mengakibatkan kejenuhan. Dengan adanya kata yang
bersinonim, pemakai bahasa dapat mempunyai variasi kosakata yang dipergunakan
untuk menghindari pemakaian kata secara berulang-ulang.
Karena
adanya sinonim ini cukup penting, pemakai bahasa sering melakukan interferensi
dalam bentuk penyerapan atau peminjaman kosakata baru dari bahasa sumber untuk
memberikan sinonim pada bahasa penerima. Dengan demikian, kebutuhan kosakata
yang bersinonim dapat mendorong timbulnya interferensi.
6. Prestise
bahasa sumber dan gaya bahasa
Prestise
bahasa sumber dapat mendorong timbulnya interferensi, karena pemakai bahasa
ingin menunjukkan bahwa dirinya dapat menguasai bahasa yang dianggap
berprestise tersebut. Prestise bahasa sumber dapat juga berkaitan dengan
keinginan pemakai bahasa untuk bergaya dalam berbahasa. Interferensi yang
timbul karena faktor itu biasanya berupa pamakaian unsur-unsur bahasa sumber
pada bahasa penerima yang dipergunakan
7. Terbawanya
kebiasaan dalam bahasa ibu
Terbawanya
kebiasaan dalam bahasa ibu pada bahasa penerima yang sedang digunakan, pada
umumnya terjadi karena kurangnya kontrol bahasa dan kurangnya penguasaan
terhadap bahasa penerima. Hal ini dapat terjadi pada dwibahasawan yang
sedang belajar bahasa kedua, baik bahasa nasional maupun bahasa asing.
Dalam penggunaan bahasa kedua, pemakai bahasa kadang-kadang kurang kontrol.
Karena kedwibahasaan mereka itulah kadang-kadang pada saat berbicara atau
menulis dengan menggunakan bahasa kedua yang muncul adalah kosakata bahasa ibu
yang sudah lebih dulu dikenal dan dikuasainya.[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Interferensi
Bahasa adalah Kesalahan
bahasa merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses pembelajaran bahasa,
karena melakukan kesalahan sendiri merupakan salah satu bagian dari proses
belajar bahasa itu sendiri. Terlebih jika yang dipelajari adalah bahasa kedua
(B2) atau bahasa asing.
2.
Dalam analisi kontrastif klasifikasi
kesalahan akan didasarkan pada tataran analisis bahasa. Jadi, akan dipasangkan
kesalahan akibat interferensi atau transfer pada tataran fonologi,
tataran morfologi, tataran sintaksis, dan tataran semantik. Chaer dan
Agustina mengidentifikasi interferensi
bahasa menjadi empat macam.
a.
Interferensi Fonologis
b.
Interferensi Morfologis
c.
Interferensi Sintaksis
d. Interferensi Semantis
3.
Selain kontak bahasa, menurut
Weinrich ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya interferensi, antara
lain:
a.
Kedwibahasaan peserta tutur
b.
Tipisnya kesetiaan pemakai bahasa
penerima
c.
Tidak cukupnya kosakata bahasa
penerima
d.
Menghilangnya kata-kata yang jarang
digunakan
e.
Kebutuhan akan sinonim
f.
Prestise bahasa sumber dan gaya
bahasa
g.
Terbawanya kebiasaan dalam bahasa
ibu
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A Chaedar. 1985. Beberapa Madhab dan dikotomi
Teori Linguistik. Bandung: Angkasa
Jack. C Richards, Longman dictionary of LanguageTeaching and
Applied Linguistic, Great Britain, 2010
Pranowo, Analisis Pengajaran
Bahasa, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina.
1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Suwito, Pengantar
Awal SosiolinguistikTeori dan Problema.(Surakarta:henary cipta, 1985
Lihat:http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/hakikat-hakiki-kemerdekaan/interferensi-dan-integrasi/
[1] Jack. C
Richards, Longman dictionary of LanguageTeaching and Applied
Linguistic, (Great Britain, 2010), hal. 210.
[3]
Pranowo, Analisis
Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996), hal.
51.
[4]
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina.
1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
[5] Suwito, Pengantar Awal
SosiolinguistikTeori dan Problema.(Surakarta:henary cipta, 1985) Hal: 150
[6] Lihat:http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/hakikat-hakiki-kemerdekaan/interferensi-dan-integrasi/ (Sabtu, 27 April 2013)
0 komentar:
Posting Komentar